"Dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong, "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab, "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri."
"Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (QS 14: 21,22).
Ayat di atas (21), mendeskripsikan secara gamblang bahwa masyarakat atau kaum yang membantu pemimpinnya untuk sombong secara terus-menerus berbuat kerusakan dengan menuruti hawa nafsunya, maka kelak pemimpin dan yang dipimpin akan sama-sama masuk neraka.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memilih pemimpin. Salah memilih pemimpin, kita akan rugi di dunia dan sengsara di akhirat. Begitu pula tatkala memegang amanah sebagai pemimpin, harus lebih hati-hati lagi. Sebab, seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap masyarakat yang dipimpinnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Ayat berikutnya (22) menjelaskan perihal pengakuan setan di hadapan Allah setelah selesainya urusan hisab di Padang Mahsyar. Setan mengatakan bahwa dia hanya bisa menggoda manusia. Siapa yang tergoda maka dia akan tersesat dari kebenaran, sehingga mereka memandang kejahatan sebagai perbuatan yang baik dan terpuji. Maka, tidaklah heran jika Allah memerintahkan kita untuk berpikir, mengambil pelajaran, dan terus-menerus mengingat kebesaran-Nya, agar tidak terjerumus dalam kesesatan.
Terhadap kondisi seperti itu, jangankan Tuhan, setan pun mengolok manusia untuk mencerca dirinya sendiri. Maka dari itu, waspadalah jangan sampai tertipu dan mencerca diri sendiri karena kebodohan kita mematuhi seruan setan dan mengabaikan aturan Tuhan. "Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS 35: 5).
Oleh: Dr. Abdul Mannan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar